BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai Negara bahari, Indonesia dilimpahi dengan potensi sumber daya laut, tidak terkecuali dalam wilayah perairan Sulawesi. Potensi tersebut sangat beragam dalam jumlah yang besar, salah satu dari sumber daya laut yang menjadi kekayaan Indonesia adalah ikan. Ikan adalah satu diantara bahan makanan protein yang paling mudah mengalami pembusukan. Pembusukan ikan terjadi setelah ikan ditangkap atau mati, dimana pembusukan dapat menyebabkan perubahan dalam bau dan rasa yang berakibat menurunnya mutu ikan. Oleh karena itu, sangat diperlukan tindakan yang tepat didalam pencegahan pembusukan tersebut, dimana mulai dari saat penangkapan sampai tiba ditangan konsumen. Tindakan tersebut berupa pengolahan atau pengawetan seperti pendinginan dan penggaraman.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas ikan sesudah ditangkap yaitu jumlah bakteri yang terdapat pada ikan. Secara alami, ikan mengandung bakteri pada bagian kulit, insang dan isi perut. Adanya luka dan lendir pada permukaan kulit juga menyebabakan pertumbuhan bakteri. Dengan berkembangnya bakteri pada tubuh ikan sehingga menyebabkan terjadinya pembusukan. Dengan tindakan pengolahan atau pengawetan berupa pendinginan dan penggaraman maka dapat menghambat proses pertumbuhan bakteri sehingga dapat memperlambat pembusukan.
Pengolahan ikan dengan pendinginan merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi pembusukan pada ikan, bila dilakukan secepat mungkin dan terus dijaga dalam keadaan dingin serta ditangani dengan hati-hati. Pengolahan ikan dengan pendinginan efisien dilakukan oleh nelayan disamping biaya yang digunakan tidak begitu besar juga dapat dilakukan dengan mudah. Tujuan pendinginan ialah untuk memperpanjang daya simpan ikan agar tidak cepat membusuk baik selama penangkapan, pengangkutan maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain.
Pengolahan ikan dengan pendinginan yaitu mendinginkan ikan secepat mungkin pada suhu yang rendah tetapi tidak sampai membeku. Pendinginan tidak dapat menghentikan pembusukan, akan tetapi makin rendah suhu, maka makin lambat proses pembusukan karena bakteri yang terdapat pada ikan semakin banyak dikurangi. Pengolahan ikan melalui pendinginan dapat dilakukan dengan menggunakan es. Es yang digunakan dalam bentuk hancuran. Selain menggunakan es untuk pendinginan dapat dilakukan dengan menggunakan air dingin atau air laut.
Selain pengolahan ikan dengan pendinginan juga dapat dilakukan dengan penggaraman. Kegiatan pengolahan ini efektif dilakukan oleh nelayan karena bahan utama yang digunakan sangat mudah didapatkan dan membutuhkan biaya yang sangat murah. Pengolahan ikan dengan penggaraman merupakan suatu rangkaian proses pengawetan ikan dengan cara mencampurkan garam dengan ikan baik dalam bentuk kristal maupun larutan garam. Garam yang dicampurkan dengan ikan akan menyerap kandungan air dalam tubuh ikan sehingga kegiatan metabolisme bakteri didalam tubuh ikan akan dapat dihambat atau dihentikan.( Masyamsir, 2001)
Dengan demikian untuk menghambat terjadinya pembusukan pada ikan dapat dilakukan dengan Pengolahan ikan dengan cara pendinginan dan penggaraman
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dilakukan pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan ?
2. Bagaimana proses pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan ?
3. Faktor apa yang mempengaruhi proses pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tujuan dilakukan pengolahan ikan dengan penggaraman dan pendinginan.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan.
3. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi proses pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan.
D. Kerangka Konseptual
Pengolahan Hasil Perikanan adalah semua kegiatan setelah penangkapan/pemanenan ikan untuk menghasilkan produk terakhir dari ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani atau diolah untuk dijadikan ikan segar dan olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia meliputi penanganan, pengumpulan, pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian
Penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan garam. Garam yang digunakan adalah jenis garam dapur (NaCl), baik berupa kristal maupun larutan. (Budiman, 2004)
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan, pengangkutan maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain (Masyamsir, 2001).
Pendinginan adalah cara pengolahan ikan yang paling efektif untuk mengurangi pembusukan bila dilakukan secepat mungkin dan terus dijaga dalam keadaan dingin serta ditangani dengan higienis dan hati-hati. Pendinginan tidak dapat menghentikan pembusukan, akan tetapi makin rendah suhu, makin lambat proses pembusukan karena bakteri semakin banyak dikurangi dan aktivitas enzim semakin terhambat.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
2. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian tentang pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan dilaksanakan pada tanggal 20-22 maret 2008, bertempat di kelurahan Pabiringa, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto
3. Kriteria Informan
Kriteria informan pada penelitian ini yakni orang yang melakukan pengolahan ikan terutama pada pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan. Jumlah informan yang diwawancarai yaitu tiga orang.
4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah tehnik pengumpulan data melalui pengamatan langsung dilokasi penelitian
b. Wawancara
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan informan. Wawancara ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan wawancara terstruktur. Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam yaitu mengenai proses pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan.
c. Studi literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui buku-buku atau literatur yang dijadikan sebagai referensi.
5. Jenis dan analisis data
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara dengan informan.
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara kualitatif yang mana dipaparkan secara deskriptif. Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah deskriptif dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata gambaran dan bukan berupa angka-angka.(Moleong, 2006)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Dan Keadaan Alam
Kelurahan Pabiringa adalah satu kelurahan yang ada diwilayah Kecamatan Binamu, yang letaknya sekitar 3 Km dari kota Kabupaten Jeneponto. Lokasi penelitian adalah di kelurahan Pabiringa, lingkungan Tarrusampe Timur.
Keadaan cuaca (musim) diperkirakan bulan November sampai bulan Maret merupakan musim penghujan, sedangkan pada bulan April sampai bulan Oktober adalah musim Kemarau. Kelurahan Pabiringa merupakan wilayah atau daerah tropis yang kering. Struktur fisik tanah dalam wilayah kelurahan Pabiringa umumnya terdiri dari tanah dataran rendah yang merupakan daerah pantai dan tanahnya berpasir.
Kelurahan Pabiringa ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Panaikang
- Sebalah selatan berbatasan dengan Kelurahan Balang
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Monro-monro
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kassi-kassi. (Nuraeni, 2006)
B. Sarana Dan Prasarana
Sarana
Adapun sarana yang digunakan adalah perahu, alat tangkap berupa pancing, rengge, peti ikan yang bahannya terbuat dari gabus yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan pendinginan dengan bahan es.
Prasarana
a. Jalan
Jalan yang dimiliki kelurahan pabiringa, lingkungan tanrusampe timur, kecamatan binamo sudah cukup memadai, dimana hasil perikanan dapat disalurkan keluar daerah.
b. Mesjid
Mesjid terdiri atas dua buah. Masyarakat dikelurahan pabiringa semuanya menganut agama Islam.
c. Sekolah
Di Kelurahan Pabiringa, Lingkungan Tanrussampe timur terdapat sekolah dasar.
C. Kondisi Sosial Budaya
- Keadaan penduduk menurut agama
Pada dasarnya masyarakat memiliki kebutuhana tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut bukan hanya bersifat jasmani tetapi juga bersifat rohani,dengan memeluk suatu agama, merupakan pedoman hidup yang memberikan ketenangan dan kedamaian diantara pemeluknya,kebutuhan rohani seseorang sangat menentukan ketentraman suatu masyarakat .Dimana.pada masyarakat Tanrussampe timur semuanya menganut agama Islam. (Nuraeni,2006)
- Keadaan penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian.
Di Kelurahan Pabiringa, lingkungan Tanrussampe Timur terdapat beberapa jenis mata pencaharian yang digeluti masyarakat setempat seperti :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Nelayan
3. Peternak
4. Pedagang dan lain-lain
Jenis mata pencaharian yang paling dominan pada masyarakat di Kelurahan Pabiringa, lingkungan Tanrussampe Timur yaitu nelayan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ikan merupakan satu diantara bahan makanan protein yang paling mudah mengalami pembusukan. Dimana pembusukan dapat menyebabkan perubahan dalam bau dan rasa yang berakibat menurunnya mutu ikan. Oleh karena itu, sangat diperlukan tindakan yang tepat didalam pencegahan pembusukan tersebut, mulai dari saat penangkapan sampai tiba ditangan konsumen. Tindakan yang dimaksud ialah berupa pengolahan seperti penggaraman dan pendinginan. (Mulyadi, 2005)
A. PENGOLAHAN IKAN DENGAN CARA PENGGARAMAN.
Pengolahan ikan dengan cara penggaraman pada masyarakat Tanrussampe Timur menyebutnya dengan istilah pengasinan. Pada umumnya mereka melakukan pengolahan ini tidak untuk dijual melainkan hanya untuk dikonsumsi sebagai lauk.
Ini diperjelas oleh informan HJ. Salma:
“kita disini kalau mengasinkan ikan, untuk dimakanji saja tidak dijualki. Begitu semua orang disini, tidak ada yang jual ikan asing. Musim ikanpi juga mengasinkanka ikan karena banyak ikan”
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh informan Hj Salma dapat dikatakan bahwa ikan yang diolah dengan cara penggaraman dilakukan pada saat musim ikan yakni pada bulan November sampai pada bulan Maret. Dimana pada saat itu hasil tangkapan yang diperoleh nelayan cukup banyak. Jenis-jenis ikan yang biasa diasinkan yaitu ikan tembang, layang, katambak, kembung, cakalang.
1. Proses Pengolahan Ikan Dengan Cara Penggaraman
a. Persiapan
Dari dua informan yang diwawancarai yaitu Hj Salma dan Dg Tinno, melakukan persiapan yang sama, yaitu antara lain :
- Penyediaan bahan baku
Ikan yang akan diasinkan tidak dilakukan pemisahan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegaran ikan,tetapi semua jenis ikan yang akan diasinkan dicampur. Kemudian penyediaan garam, garam yang digunakan adalah garam kasar karena garam kasar lebih murah dibandingkan dengan garam halus. Namun garam halus lebih efisien digunakan, ini disebabakan karena proses penyerapannya lebih cepat dibandingkan dengan garam kasar. Harga garam kasar berkisar Rp 1000, 3liter, sedangkan harga garam halus Rp2500/bungkus.
Tingkat penggunaan garam tergantung dari orang yang melakukannya, dimana dari dua informan yang diwawancarai berbeda yaitu informan pertama Hj. Salma bahwa:
“Kalau besar itu ikan banyak juga dikasikanki garam tapi kalau ikan kecil sedikit saja dikasi garam”
Sedangkan informan kedua Dg. Tinno :
“Mau-mauku, kalau moka kesiasin sekaliki banyak saya kasikanki garam , biasa juga sedikitji sekasi garam supaya tidak terlalu asinki ikannya”
Dari dua informan tersebut, tingkat penggunan garamnya berlainan dimana menurut informan Hj salma bahwa tingkat penggunaan garam yakni berdasarkan ukuran ikan yang akan digarami, misalnya pada ikan yang berukuran basar seperti ikan layang besar, tongkol, kembung maka garam yang digunakan banyak sedangkan pada ikan tembang, layang, katambak hanya menggunakan sedikit garam. Sedangkan menurut informan Dg tinno banyaknya garam yang digunakan tergantung pada tingkat keasinan yang diinginkannya.
- Penyediaan peralatan
Wadah yang digunakan untuk proses penggaraman yaitu berupa baskom yang terbuat dari bahan plastik dengan ukuran baskom tergantung dari banyaknya ikan yang akan digarami.
Pisau, dimana pisau ini digunakan untuk membuka sisik, isi perut dan insang pada ikan yang akan digarami dan keranjang plastik untuk mengangkut ikan sebelum dan setelah proses penggaraman.
- Penanganan ikan sebelum digarami
Pada ikan yang berukuran besar seperti ikan layang besar, tongkol, ikan kembung, maka sebelum digarami terlebih dahulu dilakukan pembuangan isi perut, sisik, dan insang, agar ikan tidak busuk kemudian ikan-ikan tersebut dibelah. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses penyerapan garam pada ikan tersebut. Sedangkan pada ikan yang berukuran sedang seperti ikan tembang, layang, dan katambak tidak dibelah karena dagingnya tipis jadi proses penyerapan garamnya bisa meresap meskipun tidak dibelah, cukup hanya dibuka sisiknya, isi perut dan insangnya, sedangkan informan Dg Tinno, selain membuang isi perut, sisik , insang juga membuang ekor pada ikan yang akan digarami.
Setelah dilakukan pembungan sisik, isi perut dan insang pada ikan, maka ikan-ikan tersebut dicuci dengan menggunakan air bersih, biasanya empat kali sampai bersih.
b. Tahapan penggaraman ikan
Tahapan penggaraman ikan yang dilakukan oleh informan Hj Salma, yaitu antara lain :
- Baskom yang akan digunakan untuk proses penggaraman, terlebih dahulu ditaburi garam didasar baskom tersebut, ini dimaksudkan sebagai alas ikan pada saat proses penggaraman.
- Kemudian ikan akan disusun diatas garam tadi. Diatas lapisan ikan yang sudah tersusun, ditaburi kembali garam secukupnya.
- Setiap lapisan ikan selalu diselingi oleh lapisan garam. Pada lapisan atas, diberi garam secukupnya supaya tidak dihinggapi lalat.
- Setelah ikan tersebut selesai diberi garam, maka diberi sedikit air supaya garamnya cepat hancur.
- Baskom tersebut ditutup dengan menggunakan penutup panci sesuai dengan ukuran baskom yang digunakan.
- Lamanya proses penggaraman tergantung pada jenis ikan seperti ikan layang besar, tongkol, ikan kembung berlangsung selama 5-6 jam sedangkan pada jenis ikan tembang, layang, katambak berlangsung selama 2-3 jam.
- Selesainya proses penggaraman, ikan-ikan tersebut diangkat dari baskom tersebut kemudian dicuci sampai dua kali dan dibersihkan dari kotoran yang menempel dan selanjutnya ikan-ikan tersebut dikeringkan.
Lain halnya dengan informan Dg Tinno, informan ini kadang-kadang melakukan tahap penggaraman dengan menggunakan garam dalam bentuk larutan,
Dimana dalam pernyataannya :
“Kalau banyak seasinkan ikan , sebikinkan dulu air garam dibaskom-baskom plastik, baru dikesi masukmi itu ikan didalamnya. Tapi jarangji begitu karena kalau mengasinkanka ikan tasedikitji ta’10ji saja ikan. Lebih sering langsung setaburi saja garam diatasnya ikan”
Dari pernyataan informan tersebut dapat dikatakan bahwa melakukan pengolahan ikan dengan cara penggaraman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bisa menggunakan garam dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk larutan garam.
Tahapan penggaraman dalam bentuk larutan dimulai dengan membuat larutan garam dalam baskom yang akan digunakan untuk penggaraman, setelah itu ikan yang akan digarami dimasukkan kedalam larutan garam tersebut, kemudian ikan tersebut dibiarkan hingga 3-4 jam . Terakhir ikan-ikan tersebut dicuci kemudian dikeringkan.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyerapan Garam Pada Ikan
Kecepatan proses penyerapan garam kedalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
- Kesegaran tubuh ikan
Semakin segar ikan, maka proses penyerapan garam kadalam tubuh ikan akan semakin lambat.
- Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan maka proses penyerapan garam kedalan tubuh ikan akan semakin lambat.
- Garam yang digunakan
Garam yang halus akan lebih cepat meresap kedalam tubuh ikan.
3. Proses Pengeringan Ikan
Proses pengeringan ikan menggunakan panas sinar matahari. Ikan-ikan itu dijemur dengan menggunakan “pattapi”. Lamanya panjemuran berlangsung selama 3 hari, dimana dalam satu hari berlangsung selama 7 jam/hari. Kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketebalan ikan dan ukuran ikan, dimana semakin tebal ikan semakin lambat untuk kering ,semakin besar ukuran ikan semakin lambat kering.
Setelah ikan-ikan tersebut kering maka akan menimbulkan perubahan seperti warna ikan akan berubah manjadi warna kecoklat-coklatan, daging ikan menjadi keras dan kaku serta tubuh ikan mengecil karena sudah kering. Perubahan tersebut disebabakan karena garamnya sudah meresap kedalam daging ikan. Ikan yang sudah diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan dapat bertahan hingga 2 bulan.
Jika musim hujan, jarang dilakukan pengolahan ikan dengan cara penggaraman karena proses pengeringannya sangat susah untuk kering, dimana saat musim hujan pengeringan ikan berlangsung selama 7 hari itupun belum tentu kering. Ikan yang tidak kering dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan ulat yang hidup didalam daging ikan.
B. PENGOLAHAN IKAN DENGAN CARA PENDINGINAN
Pengolahan ikan dengan cara pendinginan pada masyarakat nelayan di Tanrussampe Timur hanya dilakukan oleh pengumpul ikan. Dimana menurut informan Dg Serre terdapat 6 nelayan yang berprofesi sebagai pengumpul ikan, diantaranya Dg Sapa. Berdasarkan dari keterangan informan Dg Sapa, bahwa ikan yang akan diolah dengan pendinginan akan dijual kembali diluar daerah seperti Makassar, Bulukumba. Pengolahan ikan dengan cara pendinginan dilakukan dengan menggunakan bahan dari es. Dimana es dibuat sendiri oleh pengumpul ikan tersebut dengan menggunakan plastik yang berukuran sekitar 10 cm. Tujuan informan tersebut melakukan pendinginan untuk mencegah terjadinya pembusukan pada ikan sehingga kesegaran ikan dapat dipertahankan 5sampai 6 hari. Jenis-jenis ikan yang biasa diolah dengan cara pendinginan yaitu ikan masidung (ikan putih), layang, tembang, katambak dan lain-lain.
1. Proses Pengolahan Ikan Dengan Cara Pendinginan.
a. Persiapan
- Penyediaan peralatan dan bahan baku
Wadah yang digunakan untuk proses pendinginan yaitu berupa peti yang bahannya terbuat dari gabus, dengan ukuran yang bervariasi. Peti tersebut diperoleh dengan membelinya di Makassar, Bulukumba dengan harga yang bervariasi pula yaitu berkisar Rp 30.000-50.000.
Es yang digunakan untuk pendinginan yaitu es yang berbentuk tabung dengan ukuran panjang sekitar 10 cm.
- Penanganan ikan sebelum di es
Sebelum ikan-ikan tersebut di es, terlebih dahulu ikan-ikan tersebut dicuci dengan menggunakan air bersih namun kadang juga dicuci dengan menggunakan air laut.
b. Tahapan pendinginan ikan
- Peti yang digunakan untuk pendinginan, terlebih dahulu dicuci sebelum ikan-ikan dimasukkan dalam peti terebut, pencucian dilakukan sebanyak empat kali sampai bersih dengan menggunakan sabun.
- Es yang digunakan untuk pendinginan terlebih dahulu dihancurkan dengan menggunakan kayu. Es yang dipakai dalam bentuk hancuran. Semakain kecil ukuran es semakin baik karena tidak melukai ikan, tetapi akan semakin banyak es yang dibutuhkan karena es semakian mudah meleleh. Jumlah es yang digunakan tergantung dari banyaknya ikan yang akan didinginkan.
- Setelah peti tersebut dicuci, didasar peti ditaburi dengan hancuran es, ini dimaksudkan agar ikan tidak bersentuhan pada dasar peti, begitupula pada bagian samping peti.
- Selanjutnya diatas lapisan es tadi, ikan disusun secara teratur. Ikan dengan es disusun selapis demi selapis dalam peti tersebut.
- Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es, lalu peti tersebut ditutup.
2. Faktor yang mempengaruhi proses pendinginan pada ikan
Menurut keterangan informan Dg Sapa bahwa yang mempengaruhi pendinginan pada ikan yaitu ukuran es yang digunakan, semakain kecil ukuran es semakin baik karena tidak melukai ikan, tetapi akan semakin banyak es yang dibutuhkan karena es semakian mudah meleleh.
Dengan demikian, pengolahan ikan dengan cara pendinginan sangat efisien dilakukan untuk mengahambat terjadinya pembusukan pada ikan. Kelebihan pengolahan ikan dengan cara pendinginan yaitu sifat asli ikan dapat dipertahankan (tekstur, rasa, bau).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN DARI HASIL
Masyarakat Tanrussampe Timur melakukan pengolahan ikan dengan cara penggaraman dan pendinginan untuk menghambat terjadinya pembusukan pada ikan.
Pengolahan ikan dengan penggaraman merupakan suatu rangkaian proses pengolahan ikan dengan cara mencampurkan garam dengan ikan baik dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk larutan..
Kecepatan proses penyerapan garam kedalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesegaran tubuh ikan, garam yang digunakan, dan ketebalan daging ikan.
Pengolahan ikan dengan pendinginan yaitu mendinginkan ikan secepat mungkin pada suhu yang rendah tetapi tidak sampai membeku, makin rendah suhu, maka makin lambat proses pembusukan karena bakteri yang terdapat pada ikan semakin banyak dikurangi. Pengolahan ikan melalui pendinginan dapat dilakukan dengan menggunakan es. Es yang digunakan dalam bentuk hancuran.
Faktor yang mempengaruhi proses pendinginan yaitu ukuran es yang digunakan, semakain kecil ukuran es semakin baik karena tidak melukai ikan, tetapi akan semakin banyak es yang dibutuhkan karena es semakian mudah meleleh.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Syarif. 2004. Teknik Penggaraman Dan Pengeringan. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Hadiwiyoto, Suwedo. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan jilid 1. Liberty. Yogyakarta
Masyamsir. 2001. Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem Dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta
Nuraeni. 2006. Hubungan Kerja Petani Rumput Laut (Studi Kasus Di Kelurahan Pabiringa Kec. Binamu Kab. Jeneponto). Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik – UNHAS. Makassar
S, Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
(Tulisan ini adalah Laporan Hasil Penelitian mata kuliah praktek lapang Metode Penelitian Antropologi (MPA) tahun 2008. Oleh : A. Ramlah Adam)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar